Selasa, 19 Maret 2013

JUKUT ARES KHAS BALI

Kuliner Bali memang kaya rempah yang biasanya disebut dengan istilah ‘bumbu genep’, salah satunya seperti yang terdapat dalam olahan Jukut Ares yang unik ini. Sebagai masakan khas dan tradisional Bali, Jukut Ares aslinya dimasak bersama tulang (balung) babi.
Tak heran, warung-warung yang menyediakan Babi Guling sebagai menu utamanya, biasanya juga terdapat Jukut Ares sebagai salah satu menunya. Selain tulang babi, Jukut Ares bisa juga dimasak dengan daging dada ayam dengan tulang, daging bebek dan daging sapi tetelan. Tidak semua anak pohong pisang (ares) bisa digunakan. Selain anak pohong pisang raja, yang paling enak adalah menggunakan anak pohon pisang batu karena seratnya lebih sedikit dibanding batang pisang lainnya.

Rabu, 06 Maret 2013

WISATA SEJARAH MUSEUM SOEKARNO DITAMPAKSIRING BALI

Gianyar, Pulau Bali tidak saja memiliki keindahan yang tiada duanya dan terkenal ke penjuru mancanegara, objek wisata alam dan budayanya pun  menjadikanya sebagai salah satu tujuan wisata dunia. Dan hal tersebut akan diperkaya lagi dengan hadirnya  objek wisata sejarah yaitu Museum Presiden Proklamator DR.Ir. Sukarno di Tampaksiring Jalan Dr.Ir. Sukarno, Kabupaten Gianyar, Bali.

Museum Presiden Proklamator DR. Ir. Sukarno ini merupakan museum tempat penyimpanan benda dan foto milik Sukarno yang digunakan semasa beliau menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia pertama. Di dalam museum ini terdapat sekitar 150 foto dan benda-benda peninggalan Bung Karno, benda dan foto tersebut sebagian besar diambil dari arsip Yayasan Bung Karno yang terawat hingga kini, ini di harapkan bisa membangkitkan nilai idiologi bangsa dikalangan pemuda-pemudi Indonesia serta dapat langsung mengenal sosok Bung Karno lebih dekat dalam meraih kemerdekaan.

Senin, 25 Februari 2013

MAKAM KERAMAT AGUNG PEMECUTAN BADUNG BALI

Tau kisah ini pertama kali dari sebuah televisi swasta yang menceritakan bahwa Pangeran Cakraningrat datang ke Bali untuk mengobati anak raja di daerah bali yang sakit tak kunjung sembuh dan pada akhirnya bisa disembuhkan oleh Pangeran Cakraningrat. Putri tersebut akhirnya dijadikan istri oleh Pangeran Cakraningrat dan masuk agama Islam. kisah dibawah ini  dapat dari teman facebook yang nge-tag gambar tempat makam Istri Pangeran Cakraningrat beserta ceritanya. lebih jelas mengenai Misteri Makam Keramat Agung Pemecutan Badung Bali, berikut kisahnya:
Satu-satunya makam Muslim di tengah pemakaman umat Hindu itu terletak di Desa Pemecutan, Kecamatan Denpasar Barat. Makam keturunan Raja Pemecutan itu dikeramatkan oleh umat Hindu dan juga Muslim.
Makam itu juga menjadi simbol bagaimana sebenarnya umat berbeda keyakinan bisa menyatu. Di sana, tidak pernah ada pengakuan bahwa umat Islam atau umat Hindu yang lebih berhak memelihara makam tersebut. Bahkan di makam itu mereka melebur dalam satu belanga dengan dua warna. Keberadaan makam Siti Khotijah menjadi salah satu alat pemersatu antara umat Muslim dengan Hindu yang merupakan agama mayoritas masyarakat di Pulau Bali.
Sejarah Makam Keramat Agung Pamecutan memang menyimpan sejuta misteri yang belum terungkap dengan jelas. Keberadaan makam keramat Putri Raja Badung hingga kini memunculkan tanda tanya seputar kematian sang puteri raja.
Puri Pamecutan yang sejak jaman kerajaan Bali menjadi salah satu kerajaan yang disegani. Selain memiliki kekuatan serta pengaruh besar, juga kehadiran seorang Raja Madura, CAKRANINGRAT IV saat berlangsung pergolakan perebutan kekuasaan Kerajaan di Bali pada awal abad ke XVII. Raja Madura ini dikenal memiliki kharisma serta kekuatan yang dibutuhkan kerajaan Badung. Kekuatan Kerajaan Badung atas bergabungnya Cakraningrat IV ternyata sanggup mengobarkan semangat berjuang Laskar Pamecutan memenangkan pertempuran antar kerajaan di Bali.

Bagian I: Cakraningrat IV Menangkan Sayembara Raja

Tersebutlah seorang raja di Puri Pemecutan yang bergelar I Gusti Ngurah Gede Pemecutan. Salah seorang putri beliau bernama Gusti Ayu Made Rai. Sang putri ketika menginjak dewasa ditimpa penyakit keras dan menahun yakni sakit kuning. Berbagai upaya sudah dilakukan untuk menyembuhkan penyakit tersebut, namun tidak kunjung sembuh pula. Sang raja ketika itu mengheningkan bayu sabda dan idep, memohon kehadapan Hyang Kuasa, di merajan puri. Dari sana beliau mendapatkan pewisik bahwa Sang Raja hendaknya mengadakan sabda pandita ratu atau sayembara.
Sang raja kemudian mengeluarkan sabda “barang siapa yang bisa menyembuhkan penyakit anak saya, kalau perempuan akan diangkat menjadi anak angkat raja. Kalau laki-laki, kalau memang jodohnya akan dinikahkan dengan putri raja”. Sabda Pandita Ratu tersebut kemudian menyebar ke seluruh jagat dan sampai ke daerah Jawa, yang didengar oleh seorang syeh (guru sepiritual ) dari Yogyakarta. Syeh ini mempunyai seorang murid kesayangan yang bernama Pangeran Cakraningrat IV dari Bangkalan Madura. Pangeran kemudian dipanggil oleh gurunya, agar mengikuti sayembara tersebut ke puri Pemecutan Bali. Maka berangkatlah Pangeran Cakraningrat ke Bali diiringi oleh empat puluh orang pengikutnya.
Singkat ceritanya, Pangeran Cakraningrat mengikuti sayembara. Dalam sayembara ini banyak Panggeran atau Putra Raja yang ambil bagian dalam sayembara penyembuhan penyakit Raden Ayu. Putra-putra raja tersebut ada dari tanah jawa seperti Metaum Pura, Gegelang, ada dari Tanah Raja Banten dan tidak ketinggalan Putra-putra Raja dari Tanah Bali. Semua mengadu kewisesan atau kesaktiannya masing-masing dalam mengobati penyakit Raden Ayu. Segala kesaktian dalam pengobatan sudah dikerahkan seperti ilmu penangkal cetik, desti, ilmu teluh tranjana, ilmu santet, ilmu guna-guna, ilmu bebai, ilmu sihir, jadi semua sudah dikeluarkan oleh para Pangeran atau Putra Raja, tidak mempan mengobati penyakit dan malah penyakit Raden Ayu semakin parah, sehingga raja Pemecutan betul-betul sedih dan panik bagaimana cara mengobati penyakit yang diderita putrinya. Dalam situasi yang sangat mecekam, tiba-tiba muncul seorang pemuda tampan yang tidak lain adalah Pangeran Cakraningrat.
Setelah Pangeran melakukan sembah sujud kehadapan Raja Pemecutan dan mohon diijinkan ikut sayembara. Raja Pemecutan sangat senang dan gembira menerima kedatangan Pangeran Cakraningrat IV dan mengijinkan mengikuti sayembara. Sang Pangeran minta supaya Raden Ayu ditempatkan di sebuah balai pesamuan Agung atau tempat paruman para Pembesar Kerajaan. Pangeran Cakraningrat mulai melakukan pengobatan dengan merapal mantra-mantra suci, telapak tangannya memancarkan cahaya putih kemudian berbentuk bulatan cahaya yang diarahkan langsung ke tubuh Raden Ayu. Sakit tuan putri dapat disembuhkan secara total oleh Pangeran Cakraningrat.
Kalau jodoh tak akan kemana, begitu pula yang terjadi antara Cakraningrat IV dengan Gusti Ayu Made Rai. Ternyata mereka saling mengagumi dan jatuh cinta saat pertama kali berjumpa. Cinta lokasi di Istan Puri Pamecutan pun terjadi saat proses penyembuhan dilakukan. Atas kesembuhan putrinya, Raja Badung memenuhi janjinya menikahkan kepada pemuda yang sanggup menyembuhkan putri Raja dari penyakit yang diderita. Persiapan pernikahan kedua insan berdarah ningrat inipun digelar meriah di lingkungan Puri Pamecutan.
Sesuai dengan janji sang raja, maka Gusti Ayu Made Rai dinikahkan dengan Pangeran Cakraningrat, ikut ke Bangkalan Madura. Gusti Made Rai pun kemudian mengikuti kepercayaan Sang Pangeran, berganti nama menjadi Raden Ayu Pemecutan alias Raden Ayu Siti Khotijah.

Kamis, 14 Februari 2013

JALAK BALI : Nasibmu Tak Seindah Warnamu

KEBERADAAN JALAK BALI
 JUMLAH DI HABITAT :      214 ekor (1998)
                                                   60 ekor (2012)
JML DI PENANGKARAN :   134 ekor
HARGA .5 thn Lalu                 50.000.000 perpasang
HARGA SEKARANG             20.000.000 perpasang
HABITAT         : TNBB seluas 19.002,89 ha
Pulau bali memiliki salah satu jenis burung yang indah nan elok yaitu JALAK BALI (Leucopsar Rothschildi) sayangnya burung yang juga terkenal dengan nama CURIK BALI ini sudah nyaris tak terdengar kicauanya lagi karena terus di buru dan di perjual belikan.
Sekitar lima tahun lalu harga buruk jalak bali  disebut sebut mencapai Rp 50.000.000 perpasang, namun belakangan harga burung pengicau berukuran sedang dengan panjang kurang lebih 25 centimeter itu sudah mulai menurun berkisar Rp 17.000.000 hingga Rp 20.000.000 perpasang karena harga mahal inilah  burung jalak bali terus di burung orang.
Jalak Bali memang burung yang cantik,karena kecantikannya itulah burung tersebut menjadi Maskot Pulau Bali dan pernah di nobatkan sebagai lambang Fauna Propinsi Bali.
Kepala Resort KSDA Buleleng Bapak Gede Wenten mengatakan populasi jalak bali sebagai besar berada di TNBB (Taman Nasional Bali Barat) namun sekarang keberadaan burung itu sudah sangat langkah bahkan nyaris tidak ada,jalak bali kini hanya di temui di wilaya penangkaran Tegal Bunder TNBB juga karena masyarakat di sekitar TNBB yang  melakukan penangkaran secara swadaya
Populasi jalak bali di penangkaran tegal bunder jumlahnya sekitar 35 pasang ,sedang yang ditangkar secara swadaya oleh masyarakat 30 pasang

DILEMA TAJEN DIBALI

     Tajen atau Adu Ayam hemmmmmm........!
Siapa yang tidak mengenal istilah Tajen sebuah tradisi yang awalnya lahir dari sebuah upacara yang bernama "TABUH RAH" atau PERANG SATA yaitu upacara taburan darah binatang korban yang dilakukan dalam rangkaian upacara agama hindu(yadnya) bermakna sebagai uapacara ritual buta yadnya yang mana darah yang menetes kebumi disimbolkan sebagai permohonan manusia kepada hyang widi wasa (Tuhan Yang Maha Esa) agar kita selalu terhindar dari mara bahaya,dari tradisi tabuh rah ini lahirlah Tajen atau metajen yang akhir akhir ini menjadi sebuah dilema, apakah hal tersebut merupakan sebuah warisan "KEBUDAYAAN atau tergolong praktek PERJUDIAN " yang sampai sekarang masih menjadi sebuah perdebatan di berbagai kalangan di bali
     Namun sebelum tajen di golongkan sebagai praktek perjudian pada tahun 1981,kegiatan ini dilakukan secara terbuka di wantilan yaitu bangunan tradisional yang umum terdapat didesa,acara tajen kemudian dilakukan secara sembunyi sembunyi oleh warga bali,namun harus diakui peredaran uang di area tajen begitu cepat dan begitu besar dan berpengaruh pada berbagai pedagang kecil yang ada disekitar area tajen
     Walaupun sudah ada larangan dan isu akan di perdakan namun tetap saja praktek tajen tetap saja diadakan seperti sudah menjadi tradisi yang mendarah daging dengan kehidupan sosial masyrakat bali. Karena pada dasarnya tajen mampu berperan sebagai media komunikasi dan interaksi lintas golongan sosial

Kamis, 07 Februari 2013

WISATA DOLPHIN DI PANTAI LOVINA BULELENG BALI

       Sangat banyak  pilihan alternative tempat wisata di pulau Bali . Bila kamu telah berkeliling denpasar dan belum merasakan kepuasan, kamu dapat menunjungi salah satu tempat wisata di Bali yang sangat menyita perhatian banyak wisatawan lokak maupun mancanegara di Pantai Lovina , Bali Utara.
Tempat dan letak hanya bersebrangan dengan dengan Pantai Kuta dan Sanur yang berada di Bali Selatan. Memang tidak seindah pantai – pantai lainnya, namun ada satu keistimewaan Pantai Lovina yang tidak dimiliki pantai lain. Keistimewaan Pantai Lovina adalah menjadinya tempat penyinggahan untuk para lumba – lumba imut yang sangat disukai anak - anak. agi adalah waktu si lumba – lumba imut ini bermain ditengah laut dengan asiknya, anda hanya perlu menyewa sebuah perahu untuk menyaksikannya. 
Kekurangan yang mencolok pada Pantai Lovina terdapat pada pasirnya yang berwarna hitam. Namun kalau bicara soal kenyamanan, pantai ini adalah sang jawaranya. Tidak seperti Pantai Kuta yang selalu ramai dengan adanya wisatawan, Pantai Lovina cenderung sepi dan tenang sangat cocok untuk kamu yang sedang membutuhkan keheningan hati. 

Sabtu, 02 Februari 2013

SEJARAH MUSEUM ''LE MAYEUR" SANUR BALI

RUANG DALAM  LA MAYEUR
Museum Le Mayeur ini terletak ditepi pantai Sanur, berupa bangunan dengan arsitektur Bali yang menampung kurang lebih 88 buah lukisan yang dibagi menjadi lima jenis koleksi berdasarkan media yang dipakai, yaitu Bagor (22 lukisan), Hard Boeard (25 lukisan), Trilek (6 lukisan), Kertas (7 lukisan) dan Kanvas (28 lukisan). Sebagian besar tema lukisannya adalah wanita Bali dengan bertelanjang dada. Bahkan ada yang menyebut bahwa Le Mayeur adalah Gaugin-nya Indonesia.
Tidak semua lukisan yang dipamerkan merupakan hasil karyanya selama sang pelukisanya tinggal di Bali, beberapa bahkan merupakan lukisan impresionis Le Mayeur setelah melakukan perjalanan dari Eropa, Afrika, India, Italia dan Perancis sebelum tiba di Bali. Tengok saja beberapa diantara-nya “Canal of Gindecca”, “Early Morning in the Harbour of Marseille”, “Istambul (Turkey)”, “Jaipur, India”. Dua lukisan terakhir dibuat tahun 1929.
Museum yang dinamakan sesuai dengan nama pelukisnya Adrien Jean Le Mayeur de Merpres (1880-1958) adalah pria berkebangsaan Belgia yang konon juga merupakan keturunan keluarga bangsawan. Le Mayeur menginjakkan kaki di Bali pada tahun 1932 di usia-nya yang ke 52. Rencana awalnya adalah tinggal di Bali selama 8 bulan saja sekedar untuk menggali ide dan insipirasi dalam berkarya. Le Mayeur bertemu dengan seorang gadis Bali belia bernama Ni Pollok, penari Legong yang berasal dari Desa Kelandis yang kala itu masih berusia 17 tahun (beberapa cerita bahkan menyebutkan usia Ni Pollok adalah 15 tahun waktu mereka bertemu).

Kamis, 31 Januari 2013

BEBERAPA KEUNIKAN WANITA BALI

     Berbicara Tentang keunikan wanita Bali yang tidak di miliki oleh wanita lain rasanya mungkin tidak ada habisnya tetapi kali ini saya akan mencoba berbicara dan berbagi informasi langsung dari bali beberapa keunikan yang spesifik baik itu gadisnya maupun pulaunya yang di kenal dengan pulau "Seribu Pura"  Mungkin kalau sobat sekali pernah kebali mungkin hanya tau obyek wisatanya yaitu Kuta Dan Sanur yang memang sudah melegenda keseluruh dunia,tapi taukah anda bahwa gadis gadis bali mempunyai keunikan tersendiri.?  seperti yang akan kita sebut di bawah ini : !!!!

CANTIK ALAMI
     Cantik dan kuat itulah kekhasan wanita bali ,Bedanya sama wanita cantik yang bukan dari bali adalah cara perawatan kulit dan tubuh,
Kalau wanita lain memakai kosmetik tapi wanita bali lebih suka menggunakan tanah yang mirip sebagai lumpur untuk maskernya, dari perawatan tersebut wanita bali bisa terlihat cantik. Perawatan seperti ini juga pernah dilakukan kleopatra, ratu mesir untuk merawat kulitnya agar terlihat cantik.
ada juga yang namanya "Loloh" kosmetik yang terbuat dari tumbuh tumbuhan dan dari akar kayu cendana yang sudah di haluskan kemudian di tempelkan di kulit.

MEMAKAI BUNGA KAMBOJA
     Kalau selain dibali, orang yang memakai bunga kamboja dikira hantu, karena bunga tersebut kebanyakan ditanam dikuburan. Berbeda dengan di bali, sebagai aksesoris kecantikannya mereka menaruh bunga kamboja di telinganya. Karena di bali sendiri bunga kamboja melambangkan hal yang baik, dan sering digunakan untuk pelengkap sarana upacara.



BERAMBUT PANJANG
     Kalau sekarang khususnya wanita diperkotaan pastinya sudah jarang yang memiliki rambut panjang, tapi berbeda dengan wanita bali, baik yang di pedesan atau perkotaan rata - rata memiliki rambut yang panjang, bahkan pada jaman dulu wanita bali relatif punya rambut yang panjangnya sampai kepantat. Mungkin anda bertanya tanya kenapa wanita bali membiarkan rambutnya sampai ke pantat, itu karena wanita bali akan dilihat cantik jika memiliki rambut panjang.




Rabu, 30 Januari 2013

BALI ASLI (Bali Aga)

Keunikan Bali yang lain bisa dilihat lewat bagaimana manusia Bali melakukan pembinaan kekerabatan secara lahir dan batin. Manusia Bali begitu taat untuk tetap ingat dengan asal muasal darimana dirinya berasal. Hal inilah kemudian melahirkan berbagai golongan di masyarakatnya yang kini dikenal dengan wangsa atau soroh. Begitu banyak soroh yang berkembang di Bali dan mereka memiliki tempat pemujaan keluarga secara tersendiri.
Tatanan masyarakat berdasarkan soroh ini begitu kuat menyelimuti aktivitas kehidupan manusia Bali. Mereka tetap mempertahankan untuk melestarikan silsilah yang mereka miliki. Mereka dengan seksama dan teliti tetap menyimpan berbagai prasasti yang didalamnya berisi bagaimana silsilah sebuah keluarga Bali.
Beberapa soroh yang selama ini dikenal misalnya Warga Pande, Sangging, Bhujangga Wesnawa, Pasek, Dalem Tarukan, Tegeh Kori, Pulasari, Arya, Brahmana Wangsa, Bali Aga dan lainnya. Semuanya memiliki sejarah turun-temurun yang berbeda. Meski begitu, akhirnya mereka bertemu dalam siklus keturunan yang disebut Hyang Pasupati. Begitu unik dan menarik memahami kehidupan manusia Bali dalam kaitan mempertahankan garis leluhurnya tersebut. Sebagian kehidupan ritual mereka juga diabdikan untuk kepentingan pemujaan terhadap leluhur mereka.

IDENTIFIKASI ORANG BALI :
Suku bangsa Bali merupakan kelompok manusia yang terikat oleh kesadaran akan kesatuan budayanya, kesadaran itu diperkuat oleh adanya bahasa yang sama. Walaupun ada kesadaran tersebut, namun kebudayaan Bali mewujudkan banyak variasi serta perbedaan setempat. Agama Hindhu yang telah lama terintegrasikan ke dalam masyarakat Bali, dirasakan juga sebagai unsur yang memperkuat adanya kesadaran kesatuan tersebut.
Perbedaan pengaruh dari kebudayaan Jawa Hindhu di berbagai daerah di Bali dalam jaman Majapahit dulu, menyebabkan ada dua bentuk masyarakat Bali, yaitu masyarakat Bali - Aga dan masyarakat Bali Majapahit.
Masyarakat Bali Aga kurang sekali mendapat pengaruh dari kebudayaan Jawa - Hindhu dari Majapahit dan mempunyai struktur tersendiri. Orang Bali Aga pada umumnya mendiami desa-desa di daerah pegunungan seperti Sembiran, Cempaga Sidatapa, pedawa, Tiga was, di Kabupaten Buleleng dan desa tenganan Pegringsingan di Kabupaten Karangasem. Orang Bali Majapahit yang pada umumnya diam didaerah-daerah dataran merupakan bagian yang paling besar dari penduduk Bali.
Pulau Bali yang luasnya 5808,8 Km2 dibelah dua oleh suatu pegunungan yang membujur dari barat ke timur, sehingga membentuk dataran yang agak sempit. di sebelah utara., dan dataran yang lebih besar disebelah selatan. Pegunungan tersebut yang sebagian besar masih tertutup oleh hutan rimba, mempunyai arti yang penting dalam pandangan hidup dan kepercayaan penduduk. di wilayah pegunungan itulah terletak Kuil-kuil (pura) yang dianggap suci oleh orang Bali, seperti Pura Pulaki, Pura Batukaru, dan yang terutama sekali Pura Besakih yang terletak di kaki Gunung Agung.
Sedangkan arah membujur dari gunung tersebut telah menyebabkan penunjukan arah yang berbeda untuk orang Bali utara dan Orang Bali selatan. Dalam Bahasa Bali, kaja berarti ke gunung, dan kelod berarti ke laut. Untuk orang Bali Utara kaja berarti selatan, sedangkan untuk orang Bali selatan kaja berarti utara. Sebaliknya kelod untuk orang Bali utara berarti utara, dan untuk orang bali selatan berarti selatan. Perbedaan ini tidak saja tampak dalam penunjukan arah dalam bahasa Bali, tapi juga dalam aspek kesenian dan juga sedikit aspek bahasa. Konsep kaja kelod itu nampak juga dalam kehidupan sehari-hari, dalam upacara agama, letak susunan bangunan-bangunan rumah kuil dan sebagainya.
Bahasa Bali termasuk keluarga bahasa Indonesia. Dilihat dari sudut perbendaharaan kata dan strukturnya, maka bahsa Bali tak jauh berbeda dari bahsa Indonesia lainnya. Peninggalan prasasti zaman kuno menunjukkan adanya adanya suatu bahasa Bali kuno yang berbeda dari bahasa Bali sekarang. Bahasa Bali kuno tersebut disamping banyak mengandung bahsa Sansekrta, pada masa kemudiannya juga terpengaruh oleh bahasa Jawa Kuno dari jaman Majapahit, ialah jaman waktu pengaruh Jawa besar sekali kepada kebudayaan Bali. Bahasa Bali mengenal juga apa yang disebut "perbendaharaan kata-kata hormat", walaupun tidak sebanyak perbendaharaan dalam bahasa Jawa. Bahasa hormat (bahasa halus) dipakai kalau berbicara dengan orang-orang tua atau tinggi. Di Bali juga berkembang kesusasteraan lisan dan tertulis baik dalam bentuik puisi maupun prosa. Disamping itu sampai saat ini di bali didapati juga sejumlah hasil kesusasteraan Jawa Kuno (kawi) dalam bentuk prosa maupun puisi yang dibawa ke Bali tatkala Bali di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit.

SISITEM KEKERABATAN ORANG BALI:
 Perkawinan merupakan suatu saat yang amat penting dalam kehidupan orang Bali, karena pada saat itulah ia dapat dianggap sebagai warga penuh dari masyarakat, dan baru sesudah itu ia memperoleh hak-hak dan kewajiban seorang warga komuniti dan warga kelompok kerabat.
Menurut anggapan adat lama yang amat dipengaruhi oleh sistem klen-klen (dadia) dan sistem kasta (wangsa), maka perkawinan itu sedapat mungkin dilakukan diantara warga se-klen, atau setidak-tidaknya antara orang yang dianggap sederajat dalam kasta. Demikian, perkawinan adat di Bali itu bersifat endogami klen, sedangkan perkawinan yang dicita-citakan oleh orang Bali yang masih Kolot adalah perkawinan antara anak-anak dari dua orang saudara laki-laki. Keadaan ini memang menyimpang dari lain-lain masyarakat yang berklen, yang pada umumnya bersifat exogam.
Orang-orang se-klen di Bali itu, adalah orang orang yang setingkat kedudukannya dalam adat dan agama, dan demikian juga dalam kasta, sehingga dengan berusaha untuk kawin dalam batas klennya, terjagalah kemungkinan akan ketegangan-keteganagan dan noda-noda keluarga yang akan terjadi akibat perkawinan antar kasta yang berbeda derajatnya. Dalam hal ini terutama harus dijaga agar anak wanita dari kasta yang tinggi jangan sampai kawin dengan pria yang lebih rendah derajat kastanya, karena perkawinan itu akan membawa malu kepada keluarga, serta menjatuhkan gengsi dari seluruh kasta dari anak wanita tersebut.
Dahulu, apabila ada perkawinan semacam itu, maka wanitannya akan dinyatakan keluar dari dadianya, dan secara fisik suami-istri akan dihukum buang (maselong) untuk beberapa lama, ketempat yang jauh dari tempat asalnya. Semenjak tahun 1951, hukuman sermacam itu tidak pernah dijalankan lagi, dan pada saat ini hukuman campuran semacam itu relatif lebih banyak dilaksanakan. Bentuk perkawinan lain yang dianggap pantang adalah perkawinan bertukar antara saudara perempuan suami dengan saudara laki-laki istri (makedengan ngad), karena perkawinan yang demikian itu dianggap dapat mendatangkan bencana (panes). Pada umumnya, seorang pemuda Bali memperoleh seorang istri dengan dua cara, yaitu dengan meminang (memadik, ngidih) kepada keluarga gadis, atau denganacara melarikan seorang gadis (mrangkat,ngrorod). Kedua cara diatas berdasarkan adat.
Sesudah pernikahan, suami-istri yang baru biasanya menetap secara virilokal dikomplek perumahan dari orang tua suami, walauntidak sedikit suami istri yang menetap secara neolokal dengan mencari atau membangun rumah baru. Sebaliknya ada pula suami istri baru yang menetap secara uxorilokal dikomplek perumahan dari keluarga istri (nyeburin). Kalau suami istri menetap secara virilokal, maka anak-anak keturunan mereka selanjutnya akan diperhitungkan secara patrilineal (purusa), dan menjadi warga dari dadia si suami dan mewarisi harta pusaka dari klen tersebut. Sebaliknya, keturunan dari suami istri yang menetap secara uxorilokal akan diperhitungkan secara matrilineal menjadi warga dadia si istri, dan mewarisi harta pusaka dari klen itu. Dalam hal ini kedudukan si istri adalah sebagai sentana(penerus keturunan).
Suatu rumah tangga di Bali biasanya terdiri dari suatu keluarga batih yang bersifat monogami, sering ditambah dengan anak laki-laki yang sudah kawin bersama keluarga batih mereka masing-masing dan dengan orang lain yang menumpang, baik orang yang masih kerabat maupun orang yang bukan kerabat. Beberapa waktu kemudian terdapat anak laki-laki yang sudah maju dalam masyarakat sehingga ia merasa mampu untuk berdiri sendiri, memisahkan diri dari orang tua dan mendirikajn rumah tangga sendiri yang baru. Salah satu anak laki-laki biasanya tetap tinggal di komplek perumahan orang tua (ngerob), untuk nanti dapat membantu orang tua mereka kalau sudah tidak berdaya lagi dan untuk selanjutnya menggantikan dan melanjutkan rumah tangga orang tua.
Tiap-tiap keluarga batih maupun keluarga luas, dalam sebuah desa di Bali harus memelihara hubungan dengan kelompok kerabatnya yang lebih luas yaitu klen (tunggal dadia). Strutur tunggal dadia ini berbeda-beda di berbagai tempat di Bali. Di desa-desa pegunungan, orang-orang dari tunggal dadia yang telah memencar karena hidup neolokal, tidak usah lagi mendirikan tempat pemujaan leluhur di masing-masing tempat kediamannya. didesa-desa tanah datar, orang-orang dari tunggal dadia yang hidup neolokal wajib mendirikan mendirikan tempat pemujaan di masing-nasing kediamannya, yang disebut kemulan taksu.
Disamping itu, keluarga batih yang hidup neolokal masih mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap kuil asal (dadia atau sanggah) di rumah orang tua mereka.Suatu pura ditingkat dadia merayakan upacara-upacara sekitar lingkaran hidup dari semua warganya, dan dengan demikian pura/kuil tersebut mempersatukan dan mengintensifkan rasa solidaritet anggota-anggota dari suatu klen kecil.
Di samping itu ada lagi kelompok kerabat yang lebih besar yang melengkapi beberapa kerabat tunggal dadia (sanggah) yang memuja kuil leluhur yang sama disebut kuil (pura) paibon atau panti. Dalam prakteknya, suatu tempat pemujaan di tingkat paibon juga hanya mempersatukan suatu lingkaran terbatas dari kaum kerabat yang masih dikenal hubungannya saja. Klen-klen besar sering juga mempunyai suatu sejarah asal-usul yang ditulis dalam bentuk babad dan yang disimpan sebagai pusaka oleh salah satu dari keluarga-keluarga yang merasa dirinya senior, ialah keturunan langsung dan salah satu cabang yang tua dalam klen.

Jumat, 25 Januari 2013

RANGDA RATU LEAK BALI

Rangda adalah ratu dari para leak dalam mitologi Bali. Makhluk yang menakutkan ini diceritakan sering menculik dan memakan anak kecil serta memimpin pasukan penganut sihir jahat melawan Barong, yang merupakan simbol kekuatan baik.
Menurut etimologinya, kata Rangda yang dikenal di Bali berasal dari Bahasa Jawa Kuno yaitu dari kata Randa yang berarti Janda. Rangda adalah sebutan janda dari golongan Tri Wangsa yaitu  Waisya, Ksatria, Brahmana. Sedangkan dari golongan Sudra disebut Balu dan kata Balu dalam bahasa Bali alusnya adalah Rangda.
Perkembangan selanjutnya, istilah Rangda untuk janda semakin jarang kita dengar, karena dikhawatirkan menimbulkan kesan tidak enak mengingat wujud Rangda yang 'aeng' (seram) dan menakutkan serta identik dengan orang yang mempunyai ilmu kiri (pengiwa). Hal ini terutama kita dapatkan dalam pertunjukan-pertunjukan cerita rakyat. Dengan kata lain, ada kesan rasa takut, tersinggung dan malu bila dikatakan bisa neluh nerangjana (ngeleak). Sesungguhnya pengertian di atas lebih banyak diilhami cerita-cerita rakyat yang di dalamnya
terdapat unsur Rangda. Cerita yang paling besar pengaruhnya adalah Calonarang.

SEJARAH KERAJAAN BALI KUNO

Bali pada jaman dahulu kala dikenal sebagai Pulau Dewata. Sebelum kedatangan Majapahit, terdapat sebuah kerajaan yang muncul pertama kali di Bali yaitu sekitar 914 Masehi. Ini diketahui dari sebuah prasasti yang ditemukan di Desa Blanjong Sanur. Prasasti itu berangka tahun 836 saka yang menyebutkan nama rajanya “Khesari Warmadewa” memiliki istana yang ada di Singhadwala.

Khesari Warmadewa adalah Ugrasena pada tahun 915 M - 942 Masehi. Setelah meninggal, Abu dari jenasah dari raja Ugrasena dicandikan di Air Madatu. Ugrasena lalu digantikan oleh Jayasingha Warmadewa (960 M - 975 M). Dalam masa pemerintahannya, raja Jayasingha membangun dua pemandian di Desa Manukaya, yang letaknya sekarang di dekat istana negara Tapak Siring.

Raja Jayasingha Warmadewa digantikan oleh Raja Jayasadhu Warmadewa (975 M - 983 M). Setelah wafat beliau digantikan oleh seorang Ratu yang bernama Sri Maharaja Sriwijaya Mahadewi (983 M - 989 M). Sesudahnya digantikan oleh Dharmodayana (989 M - 1011 M) yang disebut juga Raja Udayana.

Raja Udayana menikah dengan Gunapriayadharmapatni alias Mahendradatta dari kerajaan Medang Kemulan Jawa Timur. Dari perkawinannya menghasilkan 3 orang anak yaitu : Airlangga, Marakata, dan Anak Wungsu. Kemudian Airlangga menikah dengan putri Raja Dharmawangsa (raja Jawa Timur).

Raja Marakata menggantikan Raja Udayana sebab Airlangga berada di Jawa Timur. Raja Udayana wafat dan abu jenazahnya dicandikan di Banu Wka. Marakata diberi gelar Dharmawangsa Wardana Marakatta Pangkajasthana Uttunggadewa yang memerintah di Bali dari 1011 - 1022. Beliau Kemudian digantikan oleh Anak Wungsu (1049 - 1077) yang memerintah selama 28 tahun. Selama pemerintahannya, keadaan negara aman tenteram. Anak Wungsu tidak memiliki keturunan dan meninggal tahun 1077 dan didharmakan di Gunung Kawi dekat Tampak Siring Gianyar Bali.