Senin, 25 Februari 2013

MAKAM KERAMAT AGUNG PEMECUTAN BADUNG BALI

Tau kisah ini pertama kali dari sebuah televisi swasta yang menceritakan bahwa Pangeran Cakraningrat datang ke Bali untuk mengobati anak raja di daerah bali yang sakit tak kunjung sembuh dan pada akhirnya bisa disembuhkan oleh Pangeran Cakraningrat. Putri tersebut akhirnya dijadikan istri oleh Pangeran Cakraningrat dan masuk agama Islam. kisah dibawah ini  dapat dari teman facebook yang nge-tag gambar tempat makam Istri Pangeran Cakraningrat beserta ceritanya. lebih jelas mengenai Misteri Makam Keramat Agung Pemecutan Badung Bali, berikut kisahnya:
Satu-satunya makam Muslim di tengah pemakaman umat Hindu itu terletak di Desa Pemecutan, Kecamatan Denpasar Barat. Makam keturunan Raja Pemecutan itu dikeramatkan oleh umat Hindu dan juga Muslim.
Makam itu juga menjadi simbol bagaimana sebenarnya umat berbeda keyakinan bisa menyatu. Di sana, tidak pernah ada pengakuan bahwa umat Islam atau umat Hindu yang lebih berhak memelihara makam tersebut. Bahkan di makam itu mereka melebur dalam satu belanga dengan dua warna. Keberadaan makam Siti Khotijah menjadi salah satu alat pemersatu antara umat Muslim dengan Hindu yang merupakan agama mayoritas masyarakat di Pulau Bali.
Sejarah Makam Keramat Agung Pamecutan memang menyimpan sejuta misteri yang belum terungkap dengan jelas. Keberadaan makam keramat Putri Raja Badung hingga kini memunculkan tanda tanya seputar kematian sang puteri raja.
Puri Pamecutan yang sejak jaman kerajaan Bali menjadi salah satu kerajaan yang disegani. Selain memiliki kekuatan serta pengaruh besar, juga kehadiran seorang Raja Madura, CAKRANINGRAT IV saat berlangsung pergolakan perebutan kekuasaan Kerajaan di Bali pada awal abad ke XVII. Raja Madura ini dikenal memiliki kharisma serta kekuatan yang dibutuhkan kerajaan Badung. Kekuatan Kerajaan Badung atas bergabungnya Cakraningrat IV ternyata sanggup mengobarkan semangat berjuang Laskar Pamecutan memenangkan pertempuran antar kerajaan di Bali.

Bagian I: Cakraningrat IV Menangkan Sayembara Raja

Tersebutlah seorang raja di Puri Pemecutan yang bergelar I Gusti Ngurah Gede Pemecutan. Salah seorang putri beliau bernama Gusti Ayu Made Rai. Sang putri ketika menginjak dewasa ditimpa penyakit keras dan menahun yakni sakit kuning. Berbagai upaya sudah dilakukan untuk menyembuhkan penyakit tersebut, namun tidak kunjung sembuh pula. Sang raja ketika itu mengheningkan bayu sabda dan idep, memohon kehadapan Hyang Kuasa, di merajan puri. Dari sana beliau mendapatkan pewisik bahwa Sang Raja hendaknya mengadakan sabda pandita ratu atau sayembara.
Sang raja kemudian mengeluarkan sabda “barang siapa yang bisa menyembuhkan penyakit anak saya, kalau perempuan akan diangkat menjadi anak angkat raja. Kalau laki-laki, kalau memang jodohnya akan dinikahkan dengan putri raja”. Sabda Pandita Ratu tersebut kemudian menyebar ke seluruh jagat dan sampai ke daerah Jawa, yang didengar oleh seorang syeh (guru sepiritual ) dari Yogyakarta. Syeh ini mempunyai seorang murid kesayangan yang bernama Pangeran Cakraningrat IV dari Bangkalan Madura. Pangeran kemudian dipanggil oleh gurunya, agar mengikuti sayembara tersebut ke puri Pemecutan Bali. Maka berangkatlah Pangeran Cakraningrat ke Bali diiringi oleh empat puluh orang pengikutnya.
Singkat ceritanya, Pangeran Cakraningrat mengikuti sayembara. Dalam sayembara ini banyak Panggeran atau Putra Raja yang ambil bagian dalam sayembara penyembuhan penyakit Raden Ayu. Putra-putra raja tersebut ada dari tanah jawa seperti Metaum Pura, Gegelang, ada dari Tanah Raja Banten dan tidak ketinggalan Putra-putra Raja dari Tanah Bali. Semua mengadu kewisesan atau kesaktiannya masing-masing dalam mengobati penyakit Raden Ayu. Segala kesaktian dalam pengobatan sudah dikerahkan seperti ilmu penangkal cetik, desti, ilmu teluh tranjana, ilmu santet, ilmu guna-guna, ilmu bebai, ilmu sihir, jadi semua sudah dikeluarkan oleh para Pangeran atau Putra Raja, tidak mempan mengobati penyakit dan malah penyakit Raden Ayu semakin parah, sehingga raja Pemecutan betul-betul sedih dan panik bagaimana cara mengobati penyakit yang diderita putrinya. Dalam situasi yang sangat mecekam, tiba-tiba muncul seorang pemuda tampan yang tidak lain adalah Pangeran Cakraningrat.
Setelah Pangeran melakukan sembah sujud kehadapan Raja Pemecutan dan mohon diijinkan ikut sayembara. Raja Pemecutan sangat senang dan gembira menerima kedatangan Pangeran Cakraningrat IV dan mengijinkan mengikuti sayembara. Sang Pangeran minta supaya Raden Ayu ditempatkan di sebuah balai pesamuan Agung atau tempat paruman para Pembesar Kerajaan. Pangeran Cakraningrat mulai melakukan pengobatan dengan merapal mantra-mantra suci, telapak tangannya memancarkan cahaya putih kemudian berbentuk bulatan cahaya yang diarahkan langsung ke tubuh Raden Ayu. Sakit tuan putri dapat disembuhkan secara total oleh Pangeran Cakraningrat.
Kalau jodoh tak akan kemana, begitu pula yang terjadi antara Cakraningrat IV dengan Gusti Ayu Made Rai. Ternyata mereka saling mengagumi dan jatuh cinta saat pertama kali berjumpa. Cinta lokasi di Istan Puri Pamecutan pun terjadi saat proses penyembuhan dilakukan. Atas kesembuhan putrinya, Raja Badung memenuhi janjinya menikahkan kepada pemuda yang sanggup menyembuhkan putri Raja dari penyakit yang diderita. Persiapan pernikahan kedua insan berdarah ningrat inipun digelar meriah di lingkungan Puri Pamecutan.
Sesuai dengan janji sang raja, maka Gusti Ayu Made Rai dinikahkan dengan Pangeran Cakraningrat, ikut ke Bangkalan Madura. Gusti Made Rai pun kemudian mengikuti kepercayaan Sang Pangeran, berganti nama menjadi Raden Ayu Pemecutan alias Raden Ayu Siti Khotijah.

Kamis, 14 Februari 2013

JALAK BALI : Nasibmu Tak Seindah Warnamu

KEBERADAAN JALAK BALI
 JUMLAH DI HABITAT :      214 ekor (1998)
                                                   60 ekor (2012)
JML DI PENANGKARAN :   134 ekor
HARGA .5 thn Lalu                 50.000.000 perpasang
HARGA SEKARANG             20.000.000 perpasang
HABITAT         : TNBB seluas 19.002,89 ha
Pulau bali memiliki salah satu jenis burung yang indah nan elok yaitu JALAK BALI (Leucopsar Rothschildi) sayangnya burung yang juga terkenal dengan nama CURIK BALI ini sudah nyaris tak terdengar kicauanya lagi karena terus di buru dan di perjual belikan.
Sekitar lima tahun lalu harga buruk jalak bali  disebut sebut mencapai Rp 50.000.000 perpasang, namun belakangan harga burung pengicau berukuran sedang dengan panjang kurang lebih 25 centimeter itu sudah mulai menurun berkisar Rp 17.000.000 hingga Rp 20.000.000 perpasang karena harga mahal inilah  burung jalak bali terus di burung orang.
Jalak Bali memang burung yang cantik,karena kecantikannya itulah burung tersebut menjadi Maskot Pulau Bali dan pernah di nobatkan sebagai lambang Fauna Propinsi Bali.
Kepala Resort KSDA Buleleng Bapak Gede Wenten mengatakan populasi jalak bali sebagai besar berada di TNBB (Taman Nasional Bali Barat) namun sekarang keberadaan burung itu sudah sangat langkah bahkan nyaris tidak ada,jalak bali kini hanya di temui di wilaya penangkaran Tegal Bunder TNBB juga karena masyarakat di sekitar TNBB yang  melakukan penangkaran secara swadaya
Populasi jalak bali di penangkaran tegal bunder jumlahnya sekitar 35 pasang ,sedang yang ditangkar secara swadaya oleh masyarakat 30 pasang

DILEMA TAJEN DIBALI

     Tajen atau Adu Ayam hemmmmmm........!
Siapa yang tidak mengenal istilah Tajen sebuah tradisi yang awalnya lahir dari sebuah upacara yang bernama "TABUH RAH" atau PERANG SATA yaitu upacara taburan darah binatang korban yang dilakukan dalam rangkaian upacara agama hindu(yadnya) bermakna sebagai uapacara ritual buta yadnya yang mana darah yang menetes kebumi disimbolkan sebagai permohonan manusia kepada hyang widi wasa (Tuhan Yang Maha Esa) agar kita selalu terhindar dari mara bahaya,dari tradisi tabuh rah ini lahirlah Tajen atau metajen yang akhir akhir ini menjadi sebuah dilema, apakah hal tersebut merupakan sebuah warisan "KEBUDAYAAN atau tergolong praktek PERJUDIAN " yang sampai sekarang masih menjadi sebuah perdebatan di berbagai kalangan di bali
     Namun sebelum tajen di golongkan sebagai praktek perjudian pada tahun 1981,kegiatan ini dilakukan secara terbuka di wantilan yaitu bangunan tradisional yang umum terdapat didesa,acara tajen kemudian dilakukan secara sembunyi sembunyi oleh warga bali,namun harus diakui peredaran uang di area tajen begitu cepat dan begitu besar dan berpengaruh pada berbagai pedagang kecil yang ada disekitar area tajen
     Walaupun sudah ada larangan dan isu akan di perdakan namun tetap saja praktek tajen tetap saja diadakan seperti sudah menjadi tradisi yang mendarah daging dengan kehidupan sosial masyrakat bali. Karena pada dasarnya tajen mampu berperan sebagai media komunikasi dan interaksi lintas golongan sosial

Kamis, 07 Februari 2013

WISATA DOLPHIN DI PANTAI LOVINA BULELENG BALI

       Sangat banyak  pilihan alternative tempat wisata di pulau Bali . Bila kamu telah berkeliling denpasar dan belum merasakan kepuasan, kamu dapat menunjungi salah satu tempat wisata di Bali yang sangat menyita perhatian banyak wisatawan lokak maupun mancanegara di Pantai Lovina , Bali Utara.
Tempat dan letak hanya bersebrangan dengan dengan Pantai Kuta dan Sanur yang berada di Bali Selatan. Memang tidak seindah pantai – pantai lainnya, namun ada satu keistimewaan Pantai Lovina yang tidak dimiliki pantai lain. Keistimewaan Pantai Lovina adalah menjadinya tempat penyinggahan untuk para lumba – lumba imut yang sangat disukai anak - anak. agi adalah waktu si lumba – lumba imut ini bermain ditengah laut dengan asiknya, anda hanya perlu menyewa sebuah perahu untuk menyaksikannya. 
Kekurangan yang mencolok pada Pantai Lovina terdapat pada pasirnya yang berwarna hitam. Namun kalau bicara soal kenyamanan, pantai ini adalah sang jawaranya. Tidak seperti Pantai Kuta yang selalu ramai dengan adanya wisatawan, Pantai Lovina cenderung sepi dan tenang sangat cocok untuk kamu yang sedang membutuhkan keheningan hati. 

Sabtu, 02 Februari 2013

SEJARAH MUSEUM ''LE MAYEUR" SANUR BALI

RUANG DALAM  LA MAYEUR
Museum Le Mayeur ini terletak ditepi pantai Sanur, berupa bangunan dengan arsitektur Bali yang menampung kurang lebih 88 buah lukisan yang dibagi menjadi lima jenis koleksi berdasarkan media yang dipakai, yaitu Bagor (22 lukisan), Hard Boeard (25 lukisan), Trilek (6 lukisan), Kertas (7 lukisan) dan Kanvas (28 lukisan). Sebagian besar tema lukisannya adalah wanita Bali dengan bertelanjang dada. Bahkan ada yang menyebut bahwa Le Mayeur adalah Gaugin-nya Indonesia.
Tidak semua lukisan yang dipamerkan merupakan hasil karyanya selama sang pelukisanya tinggal di Bali, beberapa bahkan merupakan lukisan impresionis Le Mayeur setelah melakukan perjalanan dari Eropa, Afrika, India, Italia dan Perancis sebelum tiba di Bali. Tengok saja beberapa diantara-nya “Canal of Gindecca”, “Early Morning in the Harbour of Marseille”, “Istambul (Turkey)”, “Jaipur, India”. Dua lukisan terakhir dibuat tahun 1929.
Museum yang dinamakan sesuai dengan nama pelukisnya Adrien Jean Le Mayeur de Merpres (1880-1958) adalah pria berkebangsaan Belgia yang konon juga merupakan keturunan keluarga bangsawan. Le Mayeur menginjakkan kaki di Bali pada tahun 1932 di usia-nya yang ke 52. Rencana awalnya adalah tinggal di Bali selama 8 bulan saja sekedar untuk menggali ide dan insipirasi dalam berkarya. Le Mayeur bertemu dengan seorang gadis Bali belia bernama Ni Pollok, penari Legong yang berasal dari Desa Kelandis yang kala itu masih berusia 17 tahun (beberapa cerita bahkan menyebutkan usia Ni Pollok adalah 15 tahun waktu mereka bertemu).